MALANGRAYA.CO - Universitas Brawijaya (UB) tunjukkan lompatan signifikan dalam penguatan reputasi sebagai universitas riset kelas dunia. Gandeng berbagai lembaga internasional, UB berhasil catat peningkatan tajam dalam pendanaan riset per dosen. Tak hanya soal dana, tren ini cerminkan transformasi strategis UB menuju kampus berbasis inovasi dan kolaborasi lintas negara.
Salah satu tonggak penting dalam perjalanan ini adalah keberhasilan Pusat Studi Inovasi Kesehatan dan Pembangunan UB, yang dipimpin Dr. Sujarwoto dari Fakultas Ilmu Administrasi, memperoleh pendanaan dari National Institute for Health Research (NIHR), Inggris.
Proyek mereka menyoroti digitalisasi layanan kesehatan dan pentingnya kebijakan publik berbasis bukti.
"Ini bukan hanya keberhasilan individual, tetapi bukti bahwa peneliti UB punya kapasitas menjawab tantangan global. Fokus kami adalah inovasi yang berdampak," ungkap Dr. Sujarwoto. pada awak media, Selasa (20/5/2025) melalui pers rilisnya.
Kolaborasi Multinasional dan Dana Hingga Jutaan Dolar Tak berhenti di situ, UB juga mengamankan dana hampir 1 juta USD dari kemitraan dengan Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA).
Dana ini mendukung riset kolaboratif di sektor pertanian, ketahanan pangan, dan pembangunan berkelanjutan, yang melibatkan dosen dan mahasiswa lintas disiplin.
"Pendanaan ini tidak hanya memperluas ruang eksperimen, tetapi juga menciptakan ekosistem riset yang hidup dan progresif," ucap Prof. Dr. Unti Ludigdo, Wakil Rektor V UB.
Menurutnya, keberhasilan UB menembus berbagai skema hibah internasional merupakan hasil dari konsistensi membangun jaringan global, termasuk melalui program Erasmus (Eropa) dan dukungan pemerintah Australia.
Tak hanya mengandalkan jejaring eksternal, UB juga terapkan pendekatan sistemik dari dalam. Program seperti DOKAR (Dosen Berkarya), pengangkatan Adjunct Professor, hingga pelatihan UB Research and Innovation menjadi tulang punggung dalam meningkatkan kapasitas peneliti.
"Kami sadar, untuk bisa bersaing di level global, peneliti perlu dilengkapi dengan strategi. Karena itu, pelatihan proposal, mentoring, hingga kolaborasi lintas generasi kami siapkan," jelas, Prof. Unti.
Pendekatan ini menempatkan UB sebagai universitas yang tidak hanya mencari reputasi, tetapi juga membangun kultur riset jangka panjang.
Dosen muda dilibatkan dalam proyek kolaboratif sebagai bentuk regenerasi dan transfer pengetahuan dari senior mereka.
Rektor UB, Prof. Dr. Ir. Widodo, menyatakan bahwa peningkatan pendanaan bukan sekadar prestasi angka, tetapi indikator kepercayaan internasional terhadap kualitas riset UB.
"Kami mendorong kolaborasi yang tidak hanya kuat secara akademik, tapi juga memberi dampak nyata bagi masyarakat. Peta riset global harus kita isi dengan kontribusi dari Indonesia, dari UB," tegas Prof. Widodo.
Ia berharap, strategi ini dapat membuka jalan lebih luas bagi para akademisi UB untuk tampil di panggung internasional, serta memperkuat posisi UB sebagai sentra inovasi dan riset berbasis kolaborasi global.
Dengan pendekatan yang komprehensif, menggabungkan dukungan dana, jejaring mitra, pelatihan kapasitas, dan orientasi sosial.
UB tampaknya sedang membangun fondasi kuat untuk menjadi kampus riset unggulan di Asia Tenggara. Tantangan riset kini bukan hanya lokal, dan UB telah menyiapkan diri untuk menjawabnya dengan kolaborasi lintas batas.