Makassar, 30 Oktober 2025 – Petani tak selamanya ada di ladang, begitu pula professor tak selalu mengajar di ruang kuliah. Keduanya bisa saling belajar di lapangan, pada sesi "Farmers Go to Campus" dalam ajang the 5th FSSAT (Food Security Sustainable Agriculture in the Tropics) di Universitas Hassanuddin (UNHAS), Makassar.
Bertempat di Fakultas Pertanian UNHAS berlangsung pertemuan international tahunan yang mempertemukan sejumlah pakar dan akademisi di bidang pertanian. Sebanyak 7 perwakilan negara, yakni Indonesia, Perancis, Saudi Arabia, Jerman, Taiwan, Inggris dan Sri Lanka hadir dalam acara yang berlangsung 29-30 Oktober 2025. Beragam tema dibahas, seperti keanekaragaman hayati, pertanian regeneratif, digitalisasi pertanian hingga pertanian rendah karbon. Pembicara utama diwakili oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia, Dr. Ir. Andi Amran Sulaiman, S.P., M.Si. dan Dr. Mercedita Sombilla (Center Director of Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA).
Sambutan utama dan pembukaan pertemuan ini dilakukan oleh Rektor UNHAS, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc. juga dihadiri oleh Dekan Fakultas Pertanian UNHAS, Prof. Dr. Ir. Salengke, M.Sc. Acara di hari pertama diwarnai oleh sejumlah diskusi dan pembahasan mengenai berbagai isu di bidang pertanian. Termasuk di dalamnya, pemaparan dari Dr. Silke Stöber, Project Leader RYCAM (Rural Youth Climate Action Movement) dari SLE Humboldt University Berlin, Jerman.
Dr Silke memaparkan tentang peranan petani muda mendorong pertanian rendah karbon lewat berbagai inovasi pertanian. "Pertemuan bersama petani di kampus ini adalah momen penting untuk mendorong upaya belajar dan berbagi pengetahuan di tingkat praktik." ujar Silke. "Tidak hanya bermanfaat bagi petani muda, namun kegiatan ini akan menjadi teori perkuliahan dapat membumi dan diterapkan di lapangan," tambahnya.
Sementara itu, ajang belajar "Farmers Go to Campus" berlangsung di hari kedua FSSAT dan menghadirkan sejumlah petani binaan RYCAM dari Jaringan Masyarakat Tani Indonesia (JAMTANI) dan Motivator Pembangunan Masyarakat Toraja (MPM). Sebanyak 5 kelompok dampingan MPM dan 8 kelompok tani Jamtani membawa hasil usaha mereka ke kampus.
Dari MPM, salah satu kelompok tani membawa cabai Katokkon, yang menjadi ciri khas dari Tana Toraja. Cabai katokkon yang dalam bahasa Toraja disebut "lada katokkon" adalah produk hortikultura yang khusus dikembangkan di beberapa desa dampingan MPM, seperti di desa Ullin, Sarapeang dan Tallangsura'.
Selain cabai, mereka juga memperkenalkan padi hitam lokal asal Toraja, yaitu Pare Ambo'. Padi ini merupakan varietas lokal yang dibudidayakan di dataran tinggi dengan metode pertanian organik. Beras yang dihasilkan bernilai tinggi dibandingkan beras pada umumnya, terutama bagi penderita diabetes karena sifatnya yang rendah gula.
Sementara dari Jamtani produk olahan kripik dan minyak kelapa yang diproduksi dengan pendekatan ramah iklim turut menjadi bagian utama yang dipamerkan pada ajang "Farmers Go to Campus" yang disenggarakan di UNHAS, Makassar.
Lewat ajang temu belajar ini, baik petani muda dan professor dari kampus dapat berbagi pengetahuan dan praktik untuk mendorong inovasi pertanian rendah karbon di Indonesia.